Thursday, 20 August 2020

UNIVERSITAS KEHIDUPAN

 Jika semua yang kita kehendaki terus kita

MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS


Jika semua yang kita impikan segera

TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR


Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN,

bagaimana kita dapat belajar BERUSAHA


Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu

kamu sedang belajar tentang KETULUSAN


Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka

saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN


Ketika hatimu terluka sangat dalam……,

maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN


Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu

kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN


Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka

saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN


Ketika kamu harus membayar biaya yang

sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka

saat itu kamu sedang belajar tentang

KEMURAH – HATIAN


Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang

sekarang, bukan karena “KEBETULAN”……


Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui

kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.


MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA……

Monday, 17 August 2020

🌹S E P É L É_🌹

 Seorang wanita muda tengah duduk santai di dalam bis yang melaju ke tengah kota. Di satu pemberhentian bis, seorang wanita tua yang cerewet dan berisik naik ke dalam bis dan duduk di samping wanita muda tadi. Tas-tas bawaannya yang berat dia tumpuk begitu saja di atas kursi, membuat wanita muda itu harus menggeser duduknya sambil setengah terjepit di antara tas-tas berat dan jendela bis.


Seorang pemuda yang duduk di bangku sebelah melihat kejadian itu dengan kesal, dan bertanya kepada wanita muda itu,_ _"Kenapa kamu tidak bicara saja, katakan pada wanita tua itu bahwa kamu jadi terganggu...


Wanita muda itu menjawab sambil tersenyum :


Aku rasa tidak perlu bersikap kasar dan beradu argumentasi untuk sesuatu yang sepele seperti ini, *perjalanan bersama kita ini terlalu singkat. Saya juga akan turun di perhentian bis berikutnya di depan nanti


Jawaban wanita muda tadi sangat pantas untuk ditulis dengan huruf emas :


"Kita tidak perlu berdebat untuk sesuatu yang sepele. Perjalanan kita bersama amat singkat."


Kalau kita tahu bahwa *perjalanan hidup ini begitu singkat,* maka kita tidak akan mau membuang tenaga dengan terus mengeluh, merasa tidak puas, bersikap mencari-cari kesalahan... karena semua hanya membuang waktu kita di perjalanan yang singkat ini.


🌹Apakah seseorang sudah melukai bahkan menghancurkan hatimu ?? Tetaplah tenang, perjalanan hidupmu terlalu singkat.


🌹Apakah seseorang *Sudah Menghianati kamu, mengejek kamu, menipu atau bahkan menghina kamu ??

Tetaplah tenang, maafkan mereka, karena

perjalanan hidup kita sangat singkat.


🌹Apapun masalah yang dibuat oleh orang lain kepada kita, mari kita selalu ingat bahwa_ perjalanan hidup kita sangat singkat.


Tidak seorang pun yang tahu kapan perjalanan hidupnya akan berakhir.


Tidak ada orang yang tahu kapan dia akan tiba di perhentian bis yang berikutnya.

Perjalanan hidup kita bersama sangat singkat.

Mari kita saling memberikan kebahagiaan kepada keluarga dan teman-teman kita.


Mari kita saling menaruh hormat, saling berbuat baik dan saling memaafkan satu dengan yang lain.


Mari kita isi hidup ini dengan rasa syukur, bahagia dan selalu berbuat baik untuk sesama.


Hidup adalah WAKTU,

hargai waktu yang tersisa,

jalani hidup dengan penuh rasa syukur dan kebahagiaan.


Selalulah berbuat baik,

Selalulah menolong sesamamu,

Jangan pernah bersikap paling benar, dan berhentilah membicarakan kejelekan orang lain dan mengomel.


Nikmatilah hidup dan isi setiap detik, menit, jam, dan hari-harimu dengan kebaikan terutama pasangan hidup, bersama keluarga; ayah dan ibumu, jika mereka masih hidup muliakan mereka; anak-anakmu, saudaramu, handai-taulan, bahagiakan mereka semua selagi kamu masih punya waktu.


Lanjut usia adalah keniscayaan.Tidak ada yg bisa menolak nature untuk menjadi tua, terjadi perubahan anatomi. Tapi meski sudah lansia, kulit berubah menjadi keriput, rambut kepala menipis dan memutih semua, namun tetap berguna bagi diri sendiri dan sesama, yaitu Lansia yang senantiasa memancarkan aura cerah dan menarik, energik dan simpatik.


Jadilah Lansia yang memiliki ke 6 hal ini:

Pikiran yang tenang

Hati yang damai

Jauh dari kepura puraan

Tulus ikhlas ketika berbicara

Memberi sapaan dengan hati yang tulus

Menerapkan hidup berbagi

Back to nature,

maka pikiran dan batin kita akan bersih dari segala energy negative. Dari hati yang damai, akan terpancar aura yang mampu menebarkan kesejukkan dan kedamaian, dimanapun kita berada.


Jangan simpan kebencian, dendam, kepahitan dan kejelekan orang lain.


Lihatlah Kebaikan...Lupakan Kesalahan..


Tetaplah menjadi orang baik sampai akhir hidup

Bila sahabat atau saudaraku pernah menyakiti hatiku, aku sudah maafkan semua......

karena PERJALANAN hidup KITA TERLALU SINGKAT.

Saturday, 15 August 2020

Janda Tua Yang Hampir Pensiun

Nama saya Wahyu Sukma Muhardiansyah, S.Pd, M.Pd. Tadinya saya adalah guru IPS di SMPN 12 Kecamatan Bandar. Sesuai dengan SK dari dinas, mulai hari ini 15 Juli 2019 saya ditugaskan di sini sebagai kepala sekolah menggantikan bapak Drs. Suheri yang telah diangkat menjadi pengawas sekolah. Mohon kepada rekan-rekan semua agar bisa bekerja sama membina dan memajukan sekolah kita tercinta ini, SMPN 5 Satu Atap Bandar"


Laki-laki tampan berkharisma itu mengedarkan pandangan ke seluruh guru dan tenaga kependidikan di hadapannya. Ada yang mengangguk-angguk, ada yang menatap tak berkedip dan banyak yang berbisik-bisik.


"Wuaa...tampan sekali," Bu Via sang guru matematika yang biasanya pendiam dan masih single berdecak kagum.


"Masih muda lagi. Masih 33 euy udah jadi kepala sekolah," Miss Tika sang guru Bahasa Inggris menimpali.


"Wajar. Aku intip berkas beliau di ruang  TU, beliau adalah lulusan terbaik di kampusnya, menyelesaikan S2  cuma setahun, terpilih  sebagai guru teladan. Dan...yang paling  penting, statusnya belum menikah," Bu Endang menyahut sambil mengedipkan sebelah mata.


Hanya beberapa guru laki-laki yang tak berkomentar. Guru perempuan baik tua maupun muda semua kasak-kusuk dan pasang tampang semanis mungkin. Satu-satunya guru perempuan yang mendengarkan serius sambil menatap seperlunya hanya Bu Yus yang duduk di kursi paling pojok.


Mungkin karena paling sepuh makanya tak tertarik wajah bening berwibawa di depan. Toh tahun depan sudah 60 usia Bu Yus. Tahun depan Bu Yus pensiun.


Sang bapak kepala sekolah berdehem. Suasana mendadak senyap. Lebih senyap lagi ketika pandangan mata bapak kepala sekolah tampan itu berhenti pada sosok Bu Yus. Beliau menatap Bu Yus cukup lama dengan pandangan yang susah dimengerti. Guru-guru lain saling pandang.


Tiba-tiba bapak kepala sekolah mengakhiri pertemuan. Sebelum pergi ke ruangannya, bapak kepala sekolah mendekati kursi Bu Yus lalu dengan sangat sopan dan hati-hati meminta Bu Yus ikut ke ruangannya.

****


Enam bulan kemudian....

Seperti biasa pukul 07.15 bapak kepala sekolah berkeliling sebentar menyapa murid-murid dan mengecek kondisi semua fasilitas sekolah termasuk kantin, tempat pembuangan sampah, bahkan toilet. Jika ada yang perlu diperbaiki atau diganti, bapak kepala sekolah dengan sigap menanganinya.


Beliau memang tidak terlalu banyak bicara sehingga nampak berwibawa, tapi beliau tidak sombong sehingga memiliki kharisma tersendiri. Hal ini menjadikan bapak kepala sekolah menjadi idola semua murid SMP yang baru beranjak remaja bahkan juga idola guru-guru, terutama siswa dan guru perempuan.


Tapi siapapun sepakat, sepertinya bapak kepala sekolah hanya tertambat pada satu perempuan. Bu Yus.


Seperti pagi ini, selesai berkeliling, bapak kepala sekolah masuk ke ruang guru. Ternyata beliau membawakan beberapa kotak roti untuk sarapan guru-guru. Beliau segera meminta Bu Lilis yang menjabat tata usaha di SMPN 5 Satu Atap Bandar untuk membagikannya kepada semua guru. Khusus untuk Bu Yus, bapak kepala sekolah menyerahkannya sendiri dengan sangat lemah lembut lengkap dengan minuman dan serantang nasi lengkap untuk makan siang.


"Terimakasih, Pak. Seharusnya bapak tidak usah repot-repot membawakan saya makanan sebanyak ini. Saya sudah tua. Ini terlalu banyak buat saya," Bu Yus berkata sambil tersenyum.


"Huhh! Bibir yang tak pernah berlipstik dan muka keriput itu, kenapa bisa lebih menarik daripada kita-kita yang masih bening gini?" Gerutu Bu Endang setengah berbisik.


"Sia-sia aku kredit skincare mahal. Tetap aja Bu Yus yang sudah tua itu yang dikasih perhatian lebih," sungut Miss Tika sambil mencomot bolu gulung yang baru dihidangkan Bu Lilis.


Sementara bapak kepala sekolah masih menatap Bu Yus sambil tersenyum.


"Tidak apa-apa, Bu. Saya tidak repot. Ibu jangan terlalu capek. Jika ada siswa yang bermasalah, ibu bisa minta bantuan saya kapanpun," ucap bapak kepala sekolah lembut. Bu Yus menarik nafas lalu tersenyum dan mengangguk.


"Terimakasih, Pak" ucap Bu Yus sopan.

****


Kasak kusuk bahwa bapak kepala sekolah mencintai Bu Yus sang guru senior yang sudah sangat tua dan tinggal menghitung hari akan pensiun semakin memanas.


Kalimat mempertanyakan bahkan menuduh yang tidak-tidak kerap menjadi gosip di kalangan guru-guru bahkan juga mulai menyebar di kalangan siswi yang mengidolakan Pak Wahyu Sukma Muhardiansyah sang kepala sekolah tampan dan populer.


Terkadang sindiran pedas sering terlontar langsung pada Bu Yus.


Seperti pagi ini....

"Bu Yus, pantangan ibu apa sih?," Miss Tika bertanya serius.


"Pantangan apa maksudnya, Miss?" Bu Yus balik bertanya sambil meletakkan pulpennya yang tadi di gunakan untuk mengisi catatan piket.


"Ya...pantangan. Sesuatu yang gak boleh dilanggar agar ibu kelihatan cantik walau sudah tua"


Bu Yus tertawa. Dia tidak tahu apakah itu pertanyaan atau hinaan.


"Tidak ada pantangan saya yang seperti itu, Miss. Dokter hanya melarang saya begadang dan bekerja terlalu berat karena saya sudah tua. Bulan depan saya genap 60 tahun. Sudah rentan penyakit"


Di lain waktu....

"Maaf, Bu. Permisi, saya mau lewat" Bu Yus sedikit membungkuk ketika melewati Bu Via, Bu Lilis dan Bu Endang yang tengah ngobrol ketika jam istirahat.


"Duh. Bu Yus jangan senyum ke arah kami dong. Nanti kami kena pengaruh pelet Bu Yus," sungut Bu Via. Bu Via masih mangkel karena tak sengaja melihat bapak kepala sekolah memberikan bakal baju pada Bu Yus. Tadinya Bu Via berencana mengadu ke kepala sekolah tentang muridnya yang sudah seminggu tidak hadir tanpa keterangan dan ketika di datangi rumahnya ternyata kosong. Tak ada siapapun di sana dan tak seorangpun yang tahu keberadaan murid tersebut. Tapi dari balik pintu ruang kepala sekolah, tak sengaja Bu Via mendengar pembicaraan bapak kepala sekolah yang memberikan bakal baju kepada Bu Yus.


"Saya tak pakai pelet, Bu. Ibu ada-ada saja," Bu Yus tertawa kecil.

****


Hari ini adalah hari terakhir Bu Yus bertugas. Bapak kepala sekolah membentuk panitia untuk acara perpisahan dengan Bu Yus.


Bu Yus tak banyak berkata-kata ketika di podium. Air matanya menderas sempurna di pipinya yang keriput. Hanya ucapan terimakasih, maaf dan pesan singkat pada murid-muridnya.


Beberapa murid memberi ucapan perpisahan dan kenang-kenangan kepada Bu Yus. Perwakilan guru-guru juga melakukan hal yang sama.


Hampir semua perpisahan memberi nuansa sedih dan haru. Begitu juga perpisahan dengan Bu Yus hari ini.


Tapi tak ada yang lebih mengharukan selain ketika bapak kepala sekolah memberi kata sambutan di podium.


Beliau berdiri lama tanpa kata-kata. Berkali-kali menarik nafas berat dan menahan air mata. Walau setetes akhirnya jatuh juga di wajah tampannya yang berwibawa.


Ketika akhirnya beliau berkata-kata dengan suara seraknya yang terputus-putus, semua diam dalam isakan.


"....jika saja halal bagi saya, saya ingin memeluk dan mencium Bu Yus. Berterimakasih dan meminta maaf. Dengan perantaraan beliaulah saya berdiri di sini. Saya bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa sesukses sekarang. Saya ingin menciumi tangan keriputnya, sepasang tangan luar biasa yang menampar saya di hari kematian ibu saya ketika saya katakan saya tak mau sekolah lagi. Tangan yang saya patahkan karena marah saat itu, tapi kemudian mengusap kepala saya dan mengatakan bahwa almarhumah ibu saya menunggu kesholehan saya, kesuksesan saya...."


"....Saya ingin memeluk Bu Yus yang dengan gaji honornya 60 ribu per bulan dua puluh tahun lalu setiap hari membawakan saya sarapan, membelikan saya makan siang dan mengantar makan malam saya ke rumah, saat bahkan ayah saya tak peduli dan memilih menikah lagi ketika makam ibu saya masih merah dan basah"


"Guru kalian yang luar biasa ini, anak-anakku, adalah guru bapak dulu sampai sekarang. Bahwa beliau bukan hanya mengajarkan pengetahuan, tapi juga mendidik bapak arti hakiki kehidupan..."


"Tangan kanan beliau yang kalian sering ejek dengan kata pengkor, tangan yang tak lurus dan mengecil itu, adalah tangan luar biasa yang bapak patahkan dua puluh tahun lalu karena menampar bapak dalam rangka mendidik bapak. Padahal seandainya tangan itu tak menampar bapak, tangan itu mungkin masih sempurna baik-baik saja kini, tapi mungkin bapak juga tak berdiri di sini. Mungkin bapak akan jadi gelandangan seperti kebanyakan orang putus asa lainnya...."


"Beliau adalah orang yang menyekolahkan bapak dulu, padahal beliau bukanlah guru bapak yang paling kaya saat itu...."


"Ketika wisuda, bapak pulang kampung mencari beliau di sekolah bapak dulu. Tapi tak bertemu. Tahun lalu, tak sengaja bertemu beliau lagi yang ternyata mengabdi di sini...."


"Bu, terimakasih atas pengabdian, cinta dan ketulusanmu pada kami murid-murid mu..."


"Kami, murid-murid mu yang telah banyak menyusahkan mu. Semoga berkah hidupmu, wahai guruku"


Bapak kepala sekolah menutup kata sambutannya dengan suara seraknya sambil berlutut. Serentak perlahan seluruh siswa berlutut. Seluruh guru menangis dengan perasaannya masing-masing.


Bu Yus yang sederhana tersenyum sambil bersimbah air mata 😭😭

Friday, 14 August 2020

TIMBANGAN EMAS

TIMBANGAN EMAS TIDAK LEBIH BERHARGA DARI EMAS NYA

Dalam sebuah diskusi, seorang murid bertanya kepada guru nya, 


Murid : "jika memang benar para guru adalah orang orang pintar!, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia,  pengusaha sukses, dan orang orang kaya raya itu? 


Gurunya tersenyum bijaksana, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangan nya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan. 


Ia meletakkan timbangan tersebut diatas meja, dan  berkata : " Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram". 


"Berapa harga emas seberat itu? "


Murid mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia mejawab, 


"Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyard rupiah". 


Guru : " Baik lah anakku, sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepada mu membawa timbangan ini dan ingin menjual nya seharga itu, adakah yang bersedia membeli nya? "


Murid terdiam sejenak!, merasa mulai mendapatkan sedikit pencerahan dari sang guru, lalu ia berkata : "timbangan emas tidak lebih berharga dari emas nya!, saya bisa mendapatkan timbangan ini dengan harga dibawah dua juta rupiah!, mengapa harus membayar sampai 4 milyar? " 


Guru menjawab : " Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasi mu, kalian lah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar pengetahuan mu. "


"Jika ada seseorang datang kepada mu membawa sebongkah berlian ditangan kanan nya dan se ember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : "ditangan kiri ku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada ditangan kanan ku ini,  tanpa keringat ini, tidak akan ada berlian, maka beli lah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian"


"Apakah ada yang mau membeli keringat nya? "


"Tentu tidak." 


"Orang hanya akan membeli berlian nya dan mengabaikan keringat nya. 

Biarlah kami, para guru menjadi keringat itu, dan kalian lah yang seharusnya menjadi berlian nya. "


Sang murid menangis, ia memeluk guru nya dan berkata : "wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlas nya, kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kepintaran kami, setiap kilau permata kami, ada tetes keringat mu... 


Guru berkata : " Biarlah keringat itu menguap, menuju alam hakiki disisi ilahi rabbi, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak pernik dunia ini, mohon jangan lupakan nama kami dalam doa doa kalian. "